Kosong
Aku berdiri di sebuah padang pasir yang gersang
Panas, rambutku yang terurai bertebaran karena di sapu angin yang semakin lama semakin kencang.
Aku memandang ke depan ke garis cakrawala.
Hanya untuk memanti seseorang yang menjemputku dengan menghantarkan bibir yangtersenyum
Namun aku telah berjalan meninggalkanya
Buakan karena aku tidak percaya
Namun karena aku yakin ia pasti ada
Seorang anak kecil duduk di anak tangga yang sudah kotor karena telapak kaki yang beralaskan itu. Bukan kakinya, namun kaki mereka yang memijaknya berulang ulang.
Anak kecil yang memakai celana pendek dan kaos kotor itu terlihat kusam dan dia hanya terdiam, memandangi lalu lalang banyak orang yang bahkan ia tidak tahu apakah mereka akan memberikanya uang untuk sesuap nasinya.
Baginya kaki kaki yangmenapak itu adalah pengganti orang tua yang daoat memberinaya perpanjangan nyawa setiap harinya.
Matanya yang lentik menatapku. Mata yang besar dengan eyeshadow yangterlihat natural namun sexy. Mata itu menatapku hingga mataku bertemu dengan matanya. Mata itu kemudian beralih kebawah karena malu. Bibirnya yang bergincu merah itu tersenyum sambil menghisap sebantang rokok yang sudah habis hampir separuh. Matanya kembali menatapku, kali ini matanya berkedip beberapa kali seakan menyapaku dan mensugesku untuk menghantarkan diri kepadanya.
Mereka berlarian di padang
Di tengah rerumputan hijau dan semilir angin yang tiada henti begulir
Menyejukan tubuh mereka yang penuh peluh
Tawa mereka memecah sunyi. Memecah padang yang tadinya hanyaterdiam dengan sunyi
Aku melihatnya
Tangan mereka yang kecil berpegangan erat.
Seolah menyuruh keduanya berpergangan dengan erat
Dan tidak melepaskan genggaman tangan yang hangat.
Namun semakin lama genggaman itu semakin terlepas
Perlahan dan semakin terlepas
Hanya da ujung- ujung jari yang saling bersentuhan dan hilang.
Tidak ada lagi suara yang menggema di padang
Dan sekarang gersang
Matahari mulai terbenam. Mega merah memancar terang memantulkan sinarnya pada air lautan yangtelah menyati dengan garis khatulistiwa.
Sebuah perahu kecil berjalan menuju sumber cahaya
Terlihat sepsang manusia yang sedang duduk di atas perahu
Saling menatap mata
Si lelaki perlahan membelai rambut si perempuandengan lembut.
Dirapihkanya rambut yangtelah berantakan karena angin laut
Tangan si lelaki kemduian meraba wajah si perempaun hingga ia terpejams sambil tersenyum.
Terdengar suara perempuan itu menangis, meraung
Memecah suara ombak yang sudah semakin berisik
Silelaki memeluk si gadis dengan eratnya tanpa berkata sedikitpun
Suara ombak masih terdengar semakin lama semakin memecah malam
Terlihat bayangan sepasang bintang yang saling berdekatan
Dan kemduianaku merasa kosong, koson, kosong
Kosong mlompong
Kacang polong
Dan kosong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar