Rabu, 22 Desember 2010

NAMAKU WADHON ( final part )

LANANG

Lanang

Lihatlah cahaya itu, bersinar dengan terangnya hingga kau akan merasa silau. Hingga kau akan melindungi matamu dengan jari- jari tanganmu, namun semakin lama maka kau akan menatap cahaya itu dengan matamu sendiri yang bertelanjang. Karena cahaya itu terasa sangat hangat dan memang di ciptakan hanya untukmu seorang. Lanang nama cahaya itu. warnanya sangat putih, hingga banyak sekali bidadari yang berebut dapat menapaki Lanang untuk turun ke bumi. Memang suatu kehormatan bagi Lanang untuk mengantar para bidadari itu turun ke bumi dengan menapaki cahayanya, namun, cahaya Lanang hanya dapat di persembahkan bagi purnamanya. Seumur hidupnya akan ia tunggu purnamanya untuk menapaki cahayanya menuju surga. Lanang tidak akan mengizinkan siapapun untuk menapakinya terkecuali purnamanya. Ingin sekali Lanang mencium kening purnamanya sambil membisikan maaf padanya karena ia tidak dapat menjemputnya. Seandainya saat itu Lanang mampu maka dengan memberikan sisa nafaspun akan ia lakukan.
Pertama kali bertemu dengan Wadon, Lanang merasa jika tulang rusuknya telah memanggil, memanggil nama Wadon dengan seruan yang tiada henti. Padahal sedikitpun ia tidak pernah melihat ataupun mengenalnya. Namun rusuk Lanang membisikan nama Wadon tiada henti hingga ia tahu jika tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Jika di kehidupan sebelumnya ia telah mengenal Wadon jauh dari yang pernah ia bayangkan. Dan sejak saat pertama bertemu dengan Wadon maka ia berjanji akan selalu ada di dekatnya. Dan memang terbukti jika Lanang dapat lebih dekat dengan Wadon. Walau tidak dapat kalian lihat sekalipun, tapi percayalah jika Lanang selalu berada di dekat Wadon dan memeluknya dengan cahaya.
Sekali lagi. Sekali lagi di kehidupan ini Lanang tidak dapat memenuhi janjinya itu. dan memang takdirnyalah jika ia dan Wadon tidak mungkin dapat menjadi satu di dalam dunia. Baginya tidaklah masalah jika tubuhnya tidak bisa menyatu dengan tubuh Wadon. Karena toh yang akan terjadi juga tidak akan abadi. Hanya memberikan kepuasan- kepuasan sesaat atas nama cinta. Namun jika ia menjadi cahaya dan Wadonpun menjadi cahaya, mereka berdua tidak akan pernah terpisahkan. Bersama sama mereka akan memberikan cahayanya untuk orang- orang yang kehilangan cahayanya.

Namun Lanang sangat bahagia. Baginya, menjadi cahaya adalah hal yang paling indah seindah Wadon yang di temuinya. Setiap saat, bahkan setiap detik cahayapun Lanang dapat selalu berada di samping Wadon. Memberikan Wadon hangat agar ia tidak lagi merasakan kesendirian karena lebih dari separuh hidupnya telah diambil oleh persepsi. Dan baginya, jikapun ia sekarang menjadi cahaya yang sangat terang benderang dan di perebutkan oleh banyak bidadari namun Wadonlah yang memberikan cahayanya itu. memory Wadon akan dirinya membuatnya tetap ada, rasa untuknya membuatnya tetaplah menjadi hangat. Semakin Wadon mengingatnya maka cahayanya akan semakin kuat. Semakin Wadon selalu menyebut namanya di dalam hati maka semakin Lanang mendapatkan kekuatan. Dan semakin membuat Lanang percaya jika Wadonlah belahan jiwanya. Baik di kehidupan sebelumnya, kehidupanya saat ini, ataupun kehidupanya nanti karena Tuhan memang sudah mengizinkan jika Wadon terbuat dari tulang rusuk milik Lanang.

Sebentar lagi. Itulah kata- kata yang sering di ucapkan Lanang hari ini, kemarin, kemarinya lagi dan kemarin kemarinya lagi. Siapa yang akan tahu apa yang sedang dipikirkanya?, ia adalah cahaya, yang tidak hanya menyinari satu atau dua titik yang ada di bumi, namun menyinari semua yang sedang dalam kegelapan. Termasuk kamu. Saya. Kalian. Dan kita. Di saat yang sama dia memikirkan kata “sebentar lagi” itu telah berdiri pula disampingnya cahaya yang sama putihnya denganya lebih putih dari cahaya miliknya. Jika di sentuh oleh cahayanya maka bulu romamu akan berdiri, bukan karena rasa takut seperti saat kau bertemu dengan makhluk halus. Namun kau akan merasakan nyaman dan damai. Ringan dan bebas seolah segala beban tidak lagi ada karena di hilangkan olehnya. Lanang tidak berkenalan dengan cahaya itu. karena tanpa menanyakanyapun ia sudah tahu siapa cahaya itu. banyak sekali yang mereka bicarakan, mulai dari buah kuldi yang membuat Adam dan Hawa di turunkan ke bumi, pun tentang bagaimana caranya menggoda dewa yang menunggu pintu neraka supaya kita tidak masuk ke dalamnya. Tanpa kata. Tanpa dialog. Tapi mereka tahu apa yang sedang di bicarakan. Apa yang sedang di tertawakan.

Dan sebentar lagi, sebentar lagi, sebentar lagi jika cahaya yang menjadi teman Lanang tidak lama ini menuruni tangga menuju ke bumi. Saat itupula Lanang mulai merasa berdebar- debar, sangat berdebar- debar hingga membuat cahayanya berpendar, beretebaran dan memberikan kehangatan hingga bidadari kayanganpun turut merasakan bagaimana dirinya yang sedang menunggu moment- moment paling membuatnya ketakutan. Moment dimana Lanang telah di jemput oleh kembaran cahaya yang sedang turun ke bumi itu.

Dan Lanang menangis. Membuat hujan turun di daerah sekitar rumah Wadon. Padahal hari terang benderang dan cahaya mataharipun masih bersinar terangnya. Bidadari – bidadari itu turut bersedih melihat Lanang yang sedang menurunkan hujan di siang hari cerah itu. bidadari- bidadari itu memang sedikit kesal karena Lanang tidak memperbolehkan dirinya menapakinya untuk turun ke bumi. Karena Lanang hanya memperbolehkan purnamanyalah yang menapaki diri di cahayanya itu. namun bidadari- bidadari itu sangat terpesona oleh cahaya Lanang yang terang benderang, tidak masalah jika mereka tidaklah dapat menapaki cahayanya yang putih dan terang benderang, karena melihat cahayanya yang bersinar saja sudah membuat para bidadari itu bersyukur telah dapat melihat cahaya yang begitu indah. kemudian bidadari- bidadari itu berdiri disamping Lanang sambil memberikan kekuatan. Saat itu Lanang merasa sangat bersalah pada bidadari- bidadari itu, betapa ia terlalu sombong tidak mau memberikan cahayanya untuk ditapaki mereka turun ke bumi. Seharusnya itu adalah hal yang dapat membahagiakan dirinya. Lanang sangat menyukai pelangi. Pelangi baginya seperti purnama. Memberikan banyak rasa padanya. Tidak hanya rasa sedih yang membuatnya menangis. Namun rasa sayang yang hangat juga dapat ia rasakan melalui pendaran warna- warna pelangi yang indang itu. sedangkan pelangi saja sangat bersedia di tapaki oleh para bidadari kenapa ia begitu sombong tidak mau melakukanya juga. Dan sekarang, bidadari- bidadari itu telah beridiri di sampingnya. Memberikanya kekuatan untuk melihat teman cahayanya menjemput Wadon.

Hujan telah berhenti. Matahari masih bersinar dengan gagahnya. Dan pelangi melingkar seperti cincin di jari manis bumi. Tidak ada bidadari yang turun saat itu. tidak ada untaian selendang mereka yang indah yang melambai hingga turut memberikan warna. Namun bidadari- bidadari itu telah berdiri di samping Lanang. Berkenalan dengan Wadon yang telah menjadi cahaya sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar