Rabu, 20 Oktober 2010

MENGHILANG

Menghilang
Aku masih berlari. Berlari. Berlari dan terus akan berlari.
Bibirku kering, mengelupas karena dahaga yang sudah tidak lagi terasa.
Kakiku melepuh, berdarah, bernanah sambil menapaki aspal panasdi ujung-ujung tajamnya. Keringatku sudah tidak lagi keluar. Habis!. Kering kerontang! Seperti tong air yang tidak lagi berisi dan karatan.
Air mataku sudah tak lagi jatuh seperti saat pertama kali aku merasa.
Atau mungkin sekarang aku telah mati rasa?!
Atau aku sudah tidak lagi peduli dengan semua yang ada?
Ah...
Siapa yang peduli
Toh aku masih tetap berlari
Akumenikmati angin- angin yang mencumbuku.
Aku masih menikmati angin- angin itu memeluku.
Seperti lariku dulu
Seperti lariku dulu pertama kali kakiku ini menjadi tumpuan segunpal daging yang sudah tidak lagi da artinya.
Bahkan mereka menertawaiku
Menghujatku
Mencemoohku
Menusukan jarum ke dalam jantungku
Hahahahaha
Aku mati kaku!
Mati kaku
Mati hingga tidak ada lagi bekas di hati
Dan aku sekarang meudar
Tidak lagi berlari
Tidak lagi menapaki kaki – kakiku ini di aspal terjal yang mebuat melepuh
Aku memudar
Dab aku menghilang
Menjadi angin

1 komentar:

  1. "Amarah, ataupun kesedihan tak bisa menyublim jadi Angin. Coba nonton Essence of The Wind yang disutradarai Winaldo", kata temanku yang blognya trisuladewatirta.blogspot.com

    kalau kataku, nanti si Nique tak suruh nguap tepat pas kamu menjadi angin. Mau kamu terperangkap dalam badan Nique?

    BalasHapus